Mitos Cara Membedakan Madu Asli & Palsu (Bag. 1)

Saya pernah dikasih tau oleh seorang teman soal cara membedakan madu asli dan palsu. Lalu teman saya itu ternyata taunya juga karena diinfokan oleh salah seorang kerabatnya. Dan memang ternyata, setelah saya cek sana-sini, banyak info cara membedakan madu asli dan palsu yang bersifat "katanya" dan "katanya". Artinya, kebanyakan orang ternyata sudah "disesatkan" oleh info yang terlanjur keliru. Tentu teman saya dan orang-orang yang sudah menginfokan dia soal cara membedakan madu itu tidak bermaksud "ngarang" atau sengaja memberikan info palsu. Tapi info dan berita-berita seperti itu sudah terlanjur dianggap benar. Apalagi juga sudah bertahun-tahun diceritakan dan diiyakan saja oleh banyak orang. Istilah untuk hal seperti itu adalah "bias konfirmasi". 

Mitos Tentang Cara Membedakan Madu Asli dan Palsu

Apa saja mitos-mitos itu?

Yang pertama adalah madu asli tidak bakal dikerubungi semut. 

Apa iya semut tidak suka (doyan) dengan manisnya madu asli? Info yang sudah terlanjur dikenal adalah demikian, dan sering sekali dilogiskan dengan argumen bahwa semut hanya suka produk gula hasil olahan (gula putih dan sebagainya). Sedangkan manis gula alami tidak bakal didekati semut. Maka kalau madunya dikerubungi semut, seolah-olah ada campuran gula putih di dalam madunya. 
Kenyataanya, madu itu sendiri adalah gula alami. Tentunya, selain alami, juga, segar,  penuh gizi serta enak pula. Secara alamiah, hampir semua manusia suka yang manis-manis, tentu semut juga tidak mau ketinggalan. Faktanya, sejak nektar masih di pohon atau masih di kelopak bunga saja, semut-semut sudah mulai gentayangan dan makan, bahkan duluan, sebelum lebah-lebah berdatangan. 
Dari pengalaman para peternak saat memanen lebah madu yang langsung dari sarang-sarang di hutan atau yang dari kotak stup budidaya, tetesan-tetesan madu yang tercecer pun langsung diburu semut-semut. Orang-orang awam yang belum punya peternakan lebah atau belum pernah panen madu memang jarang ada yang tau kalau semut itu suka juga dengan madu asli. Maka tidak heran mitos seperti ini berkembang luas di masyarakat awam. 
Nah, sekarang kebalikannya, kalau sobat ketemu tetesan atau ceceran madu yang tidak dikerubungi semut; atau katakanlah dalam jangka beberapa waktu setelah madu menetes dan tidak ada satupun semut yang datang, berhati-hatilah! Bisa jadi madu itu adalah madu buatan. Lebih fatal lagi kalau ternyata dalam pembuatannya dicampurkan bahan-bahan kimia dan/atau formalin. 

Mitos Tentang Cara Membedakan Madu Asli dan Palsu

Mitos yang kedua adalah madu yang bisa mengkristal adalah madu palsu. 

Madu yang disimpan setelah beberapa waktu akan membentuk kristal, terutama di bagian atas (permukaan madu) atau bawah (di dasar wadah) atau bahkan di samping (di dinding wadah). Ini biasa terjadi pada madu yang disimpan agak lama. Orang-orang awam akan langsung menuduh madu tersebut sudah dicampur gula, entah gula pasir atau gula jawa atau gula kelapa. 
Faktanya, lebah mengambil nektar dari berbagai sumber, bermacam jenis bunga dan tumbuhan. Kita tau bahwa nektar sendiri berbentuk cairan manis (gula alami) yang berarti kandungan dominannya adalah glukosa. Jadi pembentukan kristal pada gula adalah hal yang alami. Otomatis, madu asli pun secara alami bisa membentuk kristal. 
Bedanya hanya pada sedikit atau banyak pembentukan kristalnya. Hal ini akan bergantung pada jenis nektar yang diambil oleh lebah. Misal, dari data yang saya himpun, salah satu pembentukan kristal madu yang paling banyak adalah yang berasal dari nektar bunga karet. Lalu, pembentukan kristal madu yang sedikit atau tidak terlalu banyak dan biasanya terbentuk di bagian permukaan madu adalah dari nektar bunga sono keling atau sono brid. 
Agak rumit memang menentukan model pembentukan kristal ini, karena sebagai contoh, pada permukaan madu hutan yang asli pun bisa terjadi pembentukan kristal. Jadi, sobat tidak perlu termakan mitos soal pembentukan kristal pada madu asli.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back To Top